Pada 14-15 Mei 2016 lalu di kawasan Blok M, Jakarta diselenggarakan Ennichisai 2016 dengan tema Miracle, Power of Love. Ennichisai merupakan festival tahunan kuliner, seni, dan kebudayaan Jepang tradisional maupun modern yang diselenggarakan sejak 2010.
Kawasan Blok M disebut sebagai Little Tokyo karena di daerah tersebut terdapat banyak restoran Jepang dan klub malam yang sebagian besar pengunjungnya adalah ekspatriat dari negeri matahari terbit tersebut. Setiap tahun diperkirakan pengunjung festival Ennichisai mencapai 200.000 orang.
Minggu siang (15/5) ketika saya menyambangi kawasan Blok M, kepadatan pengunjung Ennichisai sudah terlihat dari kawasan terminal. Hingar bingar musik dan lalu lalang peserta festival yang mengenakan kostum tokoh-tokoh anime bisa saya lihat ketika memasuki pusat festival di depan Blok M Square.
Sebagaimana tahun lalu, barisan lampion putih dengan huruf-huruf kanji menjadi dekorasi wajib di Ennichisai2016. Tenda-tenda putih yang berjajar merupakan stand dari berbagai produk Jepang, mulai dari kosmetik, souvenir, pernak-pernik, dan stand makanan khas Jepang.
Panas terik matahari tidak menyurutkan minat pengunjung untuk berkeliling, melongok stand-stand yang ada dan tentu saja berfoto dengan para cosplayer. Jika dibandingkan dengan tahun lalu, saya melihat pada Ennichisai2016 ini lebih banyak cosplayernya meskipun saya tidak hapal satu-persatu nama tokoh-tokoh anime yang mereka perankan. Tahun lalu saya bertemu dengan Jin Kura-kura sedangkan tahun ini ada Satria Baja Hitam dan Goku.
Sayangnya, tahun ini pengisi stand kurang bervariasi. Tahun lalu saya melihat ada beberapa stand yang menjual pernak-pernik khas Jepang bukan hanya berisi t-shirt dan aksesoris atau topeng tokoh-tokoh anime. Ada kerajinan tangan origami dan hiasan-hiasan yang lebih beragam.
Dari setiap festival Ennichisai, yang tidak boleh ketinggalan tentu saja mencicipi makanan Jepang. Ada stand ramen, ringo ame (Japanese candied apples), okonomiyaki (pancake isi sayuran dan telur), takoyaki (bola-bola yang berisi daging gurita), es serut seperti yang sering dimakan Nobita di film Doraemon, dorayaki, dan masih banyak lagi.
Saya sempat mencicipi donat khas Okinawa yang disebut Sata-Andagi. Makanan yang terbuat dari tepung terigu, telur, dan gula ini disajikan hangat dengan taburan gula halus atau gula merah cair. Menurut saya, Sata-Andagi ini mirip makanan Jawa yang disebut Gelek atau Onde-onde ketawa, hanya saja Gelek lebih keras. Mungkin saja karena dalam sejarahnya Gelek dibuat sebagai pengganjal perut dengan bahan seadanya pada masa susah, agar tidak seret makan Gelek harus disertai minum air yang banyak. Alhasil, kita jadi kenyang setelah makan makanan tersebut.
Pada festival tahun ini, di panggung utama ada pertunjukan tari-tarian dan kebudayaan Indonesia, seperti pencak silat. Kebanyakan atraksi budaya Jepang ditampilkan pada malam hari, saya tidak sempat menyaksikannya. Ada Taiko (parade penabuh drum), Omikoshi (kuil tandu khas Jepang), dan Yosakoi.
Secara keseluruhan, Ennichisai2016 merupakan event yang menarik untuk mengenal kuliner dan budaya Jepang. Akan tetapi, panitia perlu memikirkan kepadatan jumlah pengunjung di lokasi festival yang tidak diimbangi dengan ketersediaan tempat untuk beristirahat. Bahkan sampai ke dalam gedung Blok M Square pun penuh dengan pengunjung yang ingin beristirahat atau sekadar berteduh dari teriknya matahari. Semoga pelaksanaan Ennichisai tahun depan lebih baik lagi, ya. (*)
Wah meriah sekali acaranya… ada son goku kecil juga…
Pernak pernik doraemon bisa menguras dompet nih wkwwkw
LikeLike
Hai Febri, Ennichisai merupakan event tahunan di Jakarta. Pastikan tahun ini nggak terlewat, ya…Siapa tahu mau ikutan cosplay atau belanja pernak-pernik khas Negeri Sakura 😀
LikeLiked by 1 person
Iya nih @simple…. sementara saya ke event event cosplay di surabaya dulu… g kalah dari jakarta looh… sama sama bisa menjebol iman juga alias khilaf berlebihan…
LikeLike
wow, ditunggu ceritanya tentang event di Surabaya yah
LikeLiked by 1 person